Hard Cluster Telkomsel Menghilangkan Kesempatan Kerja Dan Peluang Usaha Kecil
Posted on 26 Mar in News & Info
Sistem
hard cluster Telkomsel yang diberlakukan mulai 2011 dan semakin
menggila tahun 2012 ini
sungguh merepotkan pedagang pulsa kecil yang
menggantungkan hidupnya hanya dari berjualan pulsa elektrik. “Mau isi
pulsa aja kok repot”, begitu komentar mereka dengan nada kesal.
Kekesalan memuncak hingga 300 demonstran melakukan aksi unjuk rasa di
depan kantor Telkomsel Gedung Wisma Mulia, Jalan Gatot Subroto tanggal
26 Januari lalu.
Seperti diketahui, Telkomsel memberlakukan sistem hard cluster dan
membatasi pengisian pulsa ke nomor pelanggan. Jadi jika pelanggan hanya
bisa diisi pulsa jika membawa langsung nomor ke kios setempat, namun
jika akan mengisi ulang pulsa ke nomor rekan atau kerabat di luar
wilayah kios tersebut maka disebut melanggar cluster dan akan dikenakan
sanksi oleh Telkomsel.
Pedagang pulsa kecil pun kesulitan untuk mengetahui keberadaan nomor
yang akan diisi apakah masuk wilayah clusternya atau tidak, sehingga
tidak sedikit pula yang menutup usahanya. Yang mencoba bertahan malah
menyarankan pelanggan untuk mengganti nomor Telkomselnya dengan nomor
dari provider lain, dengan harapan pelanggan tersebut dan juga
kerabatnya akan terus mengisi pulsa di kiosnya tanpa khawatir
clusterisasi.
Ketidakadilan akan penerapan regulasi hardcluster juga semakin
kentara di lapangan. Pedagang pulsa tradisional mengeluh akan hard
cluster ini, namun tidak halnya dengan modern market, seperti IndoMaret,
AlfaMart ataupun ATM. Modern market tersebut bebas mengisi pulsa di
manapun nomor ponsel yang akan diisi berada. Outer Cluster dan Cross
Region tidak berlaku bagi modern market, bahkan disuplai oleh Telkomsel
dengan stok tak terbatas, berbanding terbalik dengan pedagang
tradisional.
Hard Cluster ini jelas merugikan pedagang tradisional yang
menjalankan usahanya dengan modal kecil. Bahkan tak urung mempersempit
ruang usaha pedagang pulsa sekelas server yang memiliki puluhan karyawan
sehingga menutup jutaan kesempatan kerja calon tenaga kerja. Sementara
pedagang pulsa eceran seperti pelajar, mahasiswa dan ibu rumah tangga
terancam kehilangan pendapatan.
Seolah-olah Telkomsel hanya memihak pedagang besar alias modern
market namun justru mematikan usaha kecil pedagang tradisional.
Sepertinya memang iklim usaha yang dibangun Telkomsel tidak
mensejahterakan rakyat kecil malah memberangus kesempatan usaha kecil.
Yah, senada dengan lagu Bang Roma “Yang kaya makin kaya, yang miskin
makin miskin”… :